
MENGEJA CINTA
By: Adzka Aulia
Tidak ada salahnya aku berbicara tentang Cinta dan menerangkannya
Tetapi malu melingkupiku manakala aku sampai pada Cinta itu sendiri
Cinta tak terjangkau oleh kata-kata dan pendengaran kita
Cinta adalah lautan yang tak terukur kedalamannya
Coba kau hitung berapa banyak air sungai?
Dalam lautan itu tujuh sungai tiada tara
Cinta tidak dapat dituangkan melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan
Buku-buku dan tulisan ...
Apapun yang dikatakan orang (tentang Cinta), bukanlah jalan pecinta
Apa yang kau dengar dan katakan (tentang Cinta), kulit semata
Inti Cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkap
Cukup!
Sampai kapanpun kau akan terpancang pada lidah dan kata-kata
Cinta memiliki begitu banyak tamsilan yang beberapa diseberang kata-kata
Seorang bertanya, “Apakah Cinta?”
Jawabanku, “Bertanyalah tentang makna-makna”
Oh, kau yang telah mendengar pembicaraan tentang Cinta
Tetaplah Cinta!*)
*******
“Apa yang mau dishare, dek?” Mbak Hieda menatapku lembut. Aku tersenyum dikulum. Hanya dengan mbak yang satu ini aku bisa mengeluarkan semua isi batok kepala dan hatiku. Kalau ada rahasia yang ingin aku simpan pasti kepadanyalah aku menaruhnya. Aman, dijamin seratus persen. Mungkin juga karena jeda usia yang tidak begitu besar, membuatku lebih mudah berkomunikasi dengannya. Hampir setiap malam minggu aku menghabiskan waktuku di pondok, selain banyak warganya yang pulang kampung, kalau malam minggu ada mabit bareng dengan pak kyai. Mengasyikkan, daripada menghabiskan malam dengan acara yang gak karuan, lebih baik muhasabah bareng. Asli, gak bakal rugi. Sebelum jam tahajut itu, aku suka share dengan Mbak Hieda.
“Besok ane mau ta’aruf ...,” ucapku lirih hampir tidak terdengar.
“Apa?! Ta’aruf!!” Mbak Hieda berteriak kaget. Reflek tanganku mengisyaratkan telunjuk ke bibir. Ssstt. Bisa heboh kalau seluruh penghuni pondok putri tahu. Gosip hot!
Tetapi malu melingkupiku manakala aku sampai pada Cinta itu sendiri
Cinta tak terjangkau oleh kata-kata dan pendengaran kita
Cinta adalah lautan yang tak terukur kedalamannya
Coba kau hitung berapa banyak air sungai?
Dalam lautan itu tujuh sungai tiada tara
Cinta tidak dapat dituangkan melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan
Buku-buku dan tulisan ...
Apapun yang dikatakan orang (tentang Cinta), bukanlah jalan pecinta
Apa yang kau dengar dan katakan (tentang Cinta), kulit semata
Inti Cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkap
Cukup!
Sampai kapanpun kau akan terpancang pada lidah dan kata-kata
Cinta memiliki begitu banyak tamsilan yang beberapa diseberang kata-kata
Seorang bertanya, “Apakah Cinta?”
Jawabanku, “Bertanyalah tentang makna-makna”
Oh, kau yang telah mendengar pembicaraan tentang Cinta
Tetaplah Cinta!*)
*******
“Apa yang mau dishare, dek?” Mbak Hieda menatapku lembut. Aku tersenyum dikulum. Hanya dengan mbak yang satu ini aku bisa mengeluarkan semua isi batok kepala dan hatiku. Kalau ada rahasia yang ingin aku simpan pasti kepadanyalah aku menaruhnya. Aman, dijamin seratus persen. Mungkin juga karena jeda usia yang tidak begitu besar, membuatku lebih mudah berkomunikasi dengannya. Hampir setiap malam minggu aku menghabiskan waktuku di pondok, selain banyak warganya yang pulang kampung, kalau malam minggu ada mabit bareng dengan pak kyai. Mengasyikkan, daripada menghabiskan malam dengan acara yang gak karuan, lebih baik muhasabah bareng. Asli, gak bakal rugi. Sebelum jam tahajut itu, aku suka share dengan Mbak Hieda.
“Besok ane mau ta’aruf ...,” ucapku lirih hampir tidak terdengar.
“Apa?! Ta’aruf!!” Mbak Hieda berteriak kaget. Reflek tanganku mengisyaratkan telunjuk ke bibir. Ssstt. Bisa heboh kalau seluruh penghuni pondok putri tahu. Gosip hot!
Penasaran....? [klik disini]



Tidak ada komentar:
Posting Komentar