
BERKEMAH
by: adzka aulia
http://www.bythis.multiply.com/
Malam itu, Fauz dan adiknya berjuang keras membujuk Abi agar mengizinkan mereka kemping di dekat air terjun di kaki gunung.
“Kami ingin merasakan petualang, Bi .....” kata Fauz menjelaskan maksudnya.
“Iya Bi, kita ingin ketemu penjahat lalu membekuknya,” Zahra, adik Fauz, ikut-ikutan bicara dengan semangatnya. Fauz dan Zahra yang suka membaca cerita petualangan agaknya terobsesi ingin merasakan petualangan itu sendiri.
“Ah! Kalian ada-ada saja, masa membekuk penjahat di kaki gunung,” Abi tertawa mendengar alasan yang dikemukakan Fauz dan Zahra.
“Abi sih tidak melarang kalian kemping, namun sekarang kan masih musim hujan. Jadi ..... lain kali saja ya!” sambung Abi memberikan keputusan
“Yaaa, Abiiii ...Kami kan ingin kemping, Bi ....!” sahut Fauz dan Zahra serempak.
“Bagaimana kalau kita berkemah di belakang rumah saja,” usul Abi.
“Ah nggak seru! Masa kemping kok dibelakang rumah sendiri, nggak menarik karena pasti tidak ada penjahatnya,” kata Zahra lalu ikut-ikutan cemberut. Abi dan Ummi tertawa mendengar kata-katanya.
“Lho ..... ! Nanti, yang jadi penjahatnya Abi, Ra .....” Ummi ikut nimbrung. Fauz dan Zahra tetap cemberut. “Ah nggak seru ..., pokoknya nggak seru!!”
*****
Pagi itu dengan sedikit ogah-ogahan Fauz dan Zahra akhirnya mendirikan tenda di halaman belakang rumah. Selain cukup lapang, di sana juga ada pohon-pohon buah yang cukup rimbun, sehingga sebenarnya halaman belakang itu cocok juga untuk tempat kemping.
Beberapa saat kemudian, tenda telah berdiri. Sebagai anggota pramuka di sekolahnya, Fauz memang berpengalaman dalam urusan tenda.
“Bagaimana anak-anak, tendanya sudah berdiri?” tanya Abi yang dulu pernah menjadi pembina pramuka sambil melihat-lihat tenda mungil itu. Fauz dan Zahra tidak menjawab. Mereka masih terlihat kesal. Abi menyadarinya.
“Kalau kalian mau ..., Abi akan tunjukkan petualangan hebat!” Abi mencoba memancing namun tidak berhasil. Fauz dan Zahra hanya melirik sekilas lalu menunduk kembali.
“Abi bawakan kalian ini ....” kata Abi sambil menunjukkan kaca pembesar. Zahra melirik. Ia nampak tertarik.
“Apa itu Bi .....?” tanya Zahra ingin tahu. Abi sengaja menyimpannya lagi.
“Abi juga bawakan alat ini,” Abi lalu menunjukkan teleskop pinjaman milik Pak Yakub, teman sekantor Abi. Rupanya pancingan Abi cukup jitu. Zahra dan Fauz mulai tertarik dan bersegera mendekati Abi. Mata mereka berbinar-binar ingin tahu.
“Apa itu Bi ...apa itu Bi ...” Fauz dan Zahra mencoba merebut benda itu dari Abi. Tetapi Abi lebih sigap dan mengacungkan teleskop itu ke atas.
“Kalau kalian ingin tahu kegunaannya ...... kalian harus ikut Abi, nanti Abi tunjukkan fungsi dan kehebatannya. Oke .....?!
“Oke, Bi!!!” jawab Fauz dan Zahra serempak. Mereka kini nampak gembira. Kekesalan mereka telah sirna.
*******
“Idiiiiih! Lucu sekalli ....” teriak Zahra spontan ketika ia mendekatkan kaca pembesar itu ke kawanan semut yang tengah bekerja keras. Semut itu nampak sangat jelas dan sangat besar ketika dilihat dari balik kaca pembesar. Semut-semut itu terlihat beriringan membawa perbekalan yang besar dengan capitnya. Zahra segera saja menjadi asyik dengan kegiatan barunya itu.
“Coba .... apa yang kamu perhatikan Zahra ....?” pancing Abi.
“Mereka gesit-gesit Bi ......!”
“Apa lagi ...... “
“Selain gesit ...... mereka juga kuat karena bisa membawa beban yang besar melebihi badan mereka.” Abi membenarkan. Fauz kemudian ganti memegang kaca pembesar itu.
“Kalau kamu melihat apa Fauz?” tanya Abi.
“Mereka sepertinya nggak pernah lelah dan tidak ada yang bermalasan!” jawab Fauz bersemangat. Abi kembali membenarkan. Beberapa saat kemudian mereka berdua diajak jalan lagi oleh Abi.
“Subhanallah ... indah sekali!!” Zahra sangat kagum.
“Iya! Laba-laba itu juga pintar ya, bisa membuat jaring-jarng dengan tertata seperti itu” Kata Fauz yang ikut kagum.
Abi lalu mengeluarkan teleskop kecil ketika ada sekawanan burung bangau terbang. Lalu ia menyuruh Fauz dan Zahra bergantian mengamati burung-burung itu dengan teleskop.
“Subhanallah .... ! indah sekali terbang mereka Bi .....” ujar Fauz.
“Mereka sepertinya juga tidak pernah capek,” kata Zahra.
“Burung diberi Allah sistem pernafasan yang berbeda dari manusia. Mereka mempunyai kantung-kantung udara yang menyebabkan mereka bisa melayang di udara,” jelas Abi. Fauz dan Zahra terus asyik dengan teleskop itu sampai tiba shalat Dzuhur. Dengan khusyu’ mereka shalat berjamaah diimami oleh Abi, dibawah kerimbunan pohon. Makan siang yang lezat diantarkan Ummi dari dapur.
Setelah itu, mereka kembali tengggelam dalam petualangan baru. Mereka juga mengamati pohon-pohon yang tinggi, hewan-hewan kecil lainnya seperti jangkrik, ulat, kupu-kupu, dan lain sebagainya. Setelah waktu mulai sore mereka berjalan beriringan kembali ke kemah dengan perasaan puas. Lumpia panas lengkap dengan sambal kacang dan teh manis yang digoreng Ummi di samping tenda telah menanti. Setelah itu, dipimpin Ummi semua berdzikir ma’tsurat menyambut senja. Berterima kasih atas semua karunia yang diberikan Allah Ta’ala. Ternyata, berkemah di rumah juga mengasyikkan.
******
by: adzka aulia
http://www.bythis.multiply.com/
Malam itu, Fauz dan adiknya berjuang keras membujuk Abi agar mengizinkan mereka kemping di dekat air terjun di kaki gunung.
“Kami ingin merasakan petualang, Bi .....” kata Fauz menjelaskan maksudnya.
“Iya Bi, kita ingin ketemu penjahat lalu membekuknya,” Zahra, adik Fauz, ikut-ikutan bicara dengan semangatnya. Fauz dan Zahra yang suka membaca cerita petualangan agaknya terobsesi ingin merasakan petualangan itu sendiri.
“Ah! Kalian ada-ada saja, masa membekuk penjahat di kaki gunung,” Abi tertawa mendengar alasan yang dikemukakan Fauz dan Zahra.
“Abi sih tidak melarang kalian kemping, namun sekarang kan masih musim hujan. Jadi ..... lain kali saja ya!” sambung Abi memberikan keputusan
“Yaaa, Abiiii ...Kami kan ingin kemping, Bi ....!” sahut Fauz dan Zahra serempak.
“Bagaimana kalau kita berkemah di belakang rumah saja,” usul Abi.
“Ah nggak seru! Masa kemping kok dibelakang rumah sendiri, nggak menarik karena pasti tidak ada penjahatnya,” kata Zahra lalu ikut-ikutan cemberut. Abi dan Ummi tertawa mendengar kata-katanya.
“Lho ..... ! Nanti, yang jadi penjahatnya Abi, Ra .....” Ummi ikut nimbrung. Fauz dan Zahra tetap cemberut. “Ah nggak seru ..., pokoknya nggak seru!!”
*****
Pagi itu dengan sedikit ogah-ogahan Fauz dan Zahra akhirnya mendirikan tenda di halaman belakang rumah. Selain cukup lapang, di sana juga ada pohon-pohon buah yang cukup rimbun, sehingga sebenarnya halaman belakang itu cocok juga untuk tempat kemping.
Beberapa saat kemudian, tenda telah berdiri. Sebagai anggota pramuka di sekolahnya, Fauz memang berpengalaman dalam urusan tenda.
“Bagaimana anak-anak, tendanya sudah berdiri?” tanya Abi yang dulu pernah menjadi pembina pramuka sambil melihat-lihat tenda mungil itu. Fauz dan Zahra tidak menjawab. Mereka masih terlihat kesal. Abi menyadarinya.
“Kalau kalian mau ..., Abi akan tunjukkan petualangan hebat!” Abi mencoba memancing namun tidak berhasil. Fauz dan Zahra hanya melirik sekilas lalu menunduk kembali.
“Abi bawakan kalian ini ....” kata Abi sambil menunjukkan kaca pembesar. Zahra melirik. Ia nampak tertarik.
“Apa itu Bi .....?” tanya Zahra ingin tahu. Abi sengaja menyimpannya lagi.
“Abi juga bawakan alat ini,” Abi lalu menunjukkan teleskop pinjaman milik Pak Yakub, teman sekantor Abi. Rupanya pancingan Abi cukup jitu. Zahra dan Fauz mulai tertarik dan bersegera mendekati Abi. Mata mereka berbinar-binar ingin tahu.
“Apa itu Bi ...apa itu Bi ...” Fauz dan Zahra mencoba merebut benda itu dari Abi. Tetapi Abi lebih sigap dan mengacungkan teleskop itu ke atas.
“Kalau kalian ingin tahu kegunaannya ...... kalian harus ikut Abi, nanti Abi tunjukkan fungsi dan kehebatannya. Oke .....?!
“Oke, Bi!!!” jawab Fauz dan Zahra serempak. Mereka kini nampak gembira. Kekesalan mereka telah sirna.
*******
“Idiiiiih! Lucu sekalli ....” teriak Zahra spontan ketika ia mendekatkan kaca pembesar itu ke kawanan semut yang tengah bekerja keras. Semut itu nampak sangat jelas dan sangat besar ketika dilihat dari balik kaca pembesar. Semut-semut itu terlihat beriringan membawa perbekalan yang besar dengan capitnya. Zahra segera saja menjadi asyik dengan kegiatan barunya itu.
“Coba .... apa yang kamu perhatikan Zahra ....?” pancing Abi.
“Mereka gesit-gesit Bi ......!”
“Apa lagi ...... “
“Selain gesit ...... mereka juga kuat karena bisa membawa beban yang besar melebihi badan mereka.” Abi membenarkan. Fauz kemudian ganti memegang kaca pembesar itu.
“Kalau kamu melihat apa Fauz?” tanya Abi.
“Mereka sepertinya nggak pernah lelah dan tidak ada yang bermalasan!” jawab Fauz bersemangat. Abi kembali membenarkan. Beberapa saat kemudian mereka berdua diajak jalan lagi oleh Abi.
“Subhanallah ... indah sekali!!” Zahra sangat kagum.
“Iya! Laba-laba itu juga pintar ya, bisa membuat jaring-jarng dengan tertata seperti itu” Kata Fauz yang ikut kagum.
Abi lalu mengeluarkan teleskop kecil ketika ada sekawanan burung bangau terbang. Lalu ia menyuruh Fauz dan Zahra bergantian mengamati burung-burung itu dengan teleskop.
“Subhanallah .... ! indah sekali terbang mereka Bi .....” ujar Fauz.
“Mereka sepertinya juga tidak pernah capek,” kata Zahra.
“Burung diberi Allah sistem pernafasan yang berbeda dari manusia. Mereka mempunyai kantung-kantung udara yang menyebabkan mereka bisa melayang di udara,” jelas Abi. Fauz dan Zahra terus asyik dengan teleskop itu sampai tiba shalat Dzuhur. Dengan khusyu’ mereka shalat berjamaah diimami oleh Abi, dibawah kerimbunan pohon. Makan siang yang lezat diantarkan Ummi dari dapur.
Setelah itu, mereka kembali tengggelam dalam petualangan baru. Mereka juga mengamati pohon-pohon yang tinggi, hewan-hewan kecil lainnya seperti jangkrik, ulat, kupu-kupu, dan lain sebagainya. Setelah waktu mulai sore mereka berjalan beriringan kembali ke kemah dengan perasaan puas. Lumpia panas lengkap dengan sambal kacang dan teh manis yang digoreng Ummi di samping tenda telah menanti. Setelah itu, dipimpin Ummi semua berdzikir ma’tsurat menyambut senja. Berterima kasih atas semua karunia yang diberikan Allah Ta’ala. Ternyata, berkemah di rumah juga mengasyikkan.
******



Tidak ada komentar:
Posting Komentar